Wednesday, December 9, 2020

Warisan Perang Dunia II-SUKAJAN

 Warisan Perang Dunia II-SUKAJAN(スカジャン)

Sekitar 70 tahun silam, Perang Dunia Kedua berakhir. Tentara Amerika yang awalnya punya pangkalan militer di Yokosuka, salah satu daerah di sekitar Teluk Tokyo, harus angkat kaki. Sebelum kembali ke negaranya, para tentara meminta tukang jahit di Yokosuka menyulamkan peta Jepang dan beberapa motif oriental yang merefleksikan budaya Asia Timur di jaket militernya (mostly on the bomber jackets). Finally, jaket militer dengan embroidery naga, geisha, sakura, dan harimau itu menjadi kenangan masa tugas mereka di Jepang. Istilah sukajan pun muncul yang berarti jaket dari Yokosuka. Suka kependekan dari Yokosuka dan jan yang berarti jumper (jaket) dalam bahasa Jepang.
 
Pada 1960-an, mayoritas anak muda Amerika berpakaian preppy look. Style itu mencerminkan status anak-anak yang rapi dan mapan. Di sisi lain, anak-anak yang anti kemapanan mengenakan sukajan sebagai bentuk kritik terhadap gaya preppy look yang dikenakan anak muda Amerika tersebut. Akhirnya, muncul pemikiran bahwa anak yang mengenakan sukajan itu pemberontak, geng kriminal, dan rebel. Bahkan, di Jepang, image sukajan sangat lekat dengan Yakuza (salah satu organisasi kriminal/mafia terbesar di Jepang).
 
Vintage Sukajan vs Modern Sukajan

Motif vintage sukajan cenderung lebih simpel. Sebab, para penjahit mengerjakannya handmade atau disulam satu per satu. Beda dengan sukajan versi modern yang dikerjakan mesin jahit. Selain itu, desain ornamen modern sukajan lebih kompleks dan kombinasi pilihan warnanya lebih beragam. That’s why, modern sukajan lebih colorful dan gambarnya pun lebih ekspresif. Salah satu penjahit yang eksis sejak zaman dulu sampai sekarang memproduksi sukajan adalah TOYO Enterprise asli